Risalah Aqiqah: Waktu yang Disunnahkan Untuk Aqiqah

Risalah Aqiqah adalah…

Secara etimologi atau menurut bahasa, aqiqah berarti “memutus”. Sedangkan secara istilah (terminologi) syar’i adalah menyembelih binatang ternak (hewan aqiqah) sebanyak seekor atau dua ekor kambing untuk anak pada hari ke-7 kelahirannya.

Rasulullah SAW menjelaskan pengertian aqiqah dalam sabdanya sebagai berikut:

Dari Samurah, ia berkata: Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: “Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya, yang harus disembelih untuknya pada hari ketujuh dan diberinya nama si anak tersebut pada hari itu, serta dicukuri rambutnya”. (HR. Abu Dawud, al-Turmuzi dan Ibnu Majah)

Dari hadist diatas mengisyaratkan dengan jelas pengertian aqiqah, yaitu binatang yang disembelih pada hari ketujuh kelahiran anak sebagai tebusan bagi tergadainya hubungan sejati batin antara anak dengan orang tua, bersamaan dengan dilakukan kegiatan mencukur rambut kepala anak dan memberikan nama yang baik baginya.

Risalah Aqiqah Menurut Sunnah

Dasar hukum disyariatkannya pelaksanaan aqiqah adalah beberapa hadist Nabi Muhammad SAW yang menerangkan tentang aqiqah dan salah satunya yaitu hadist yang diriwayatkan dari sahabat Samurah bin Jundab diatas. Menurut kebanyakan imam dan ahli fiqh hukum mengaqiqahkan anak ialah sunnah dan dianjurkan (sunnah muakkad) karena dalam perintah aqiqah adanya qarinah berupa kemampuan orang tua si bayi, yaitu kemampuan untuk menyediakan seekor kambing jika anaknya perempuan dan dua ekor jika anaknya laki-laki. Apabila orang tua mampu menyediakannya, maka harus beraqiqah. Namun, jika tidak mampu maka tidak ada alasan yang mewajibkannya.

Adanya qarinah dalam perintah pelaksanaan aqiqah terdapat dalam hadist berikut:

Dari Amr Bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata: “Rasulullah ditanya tentang aqiqah? Maka beliau bersabda Allah tidak menyukai aqiqah-aqiqah itu, seperti halnya nama yang dimakruhkan, nabi bersabda bagi orang tua yang melahirkan dan ingin memperlihatkan rasa cintanya dengan melakukan ibadah aqiqah, maka beribadahlah (beraqiqah) dengan menyembelih dua ekor kambing yang sama-sama cukup umur untuk anak laki-lakinya dan seekor untuk anak perempuan.” (HR. Abu Dawud).

Pada awalnya Rasulullah seakan-akan melarang aqiqah namun pada kalimat selanjutnya beliau menganjurkannya sehingga tampak jelas bahwa perintah aqiqah mengandung qarinah berupa kemampuan ekonomi orang tua. Jika kedua orangtua ingin dan mampu merayakan kelahiran anak, maka lakukanlah ibadah berupa pelaksanaan aqiqah.

Risalah Aqiqah: Waktu yang Disunnahkan Untuk Aqiqah

Mengenai waktu yang disunnahkan untuk melaksanakan aqiqah terdapat perbedaan pendapat ulama. Jumhur ulama ada yang berpendapat bahwa aqiqah hanya berlaku bagi anak baru lahir dan waktu pelaksanaannya pada hari ketujuh kelahiran. Tetapi ada pendapat lain yang menunjukkan bahwa aqiqah di hari ke-7 bukan suatu keharusan melainkan hanya sebuah anjuran. Apabila diaqiqahi pada hari keempat, keenam, kedelapan, kesepuluh ataupun setelah itu, maka sudah cukup. Ada yang berpendapat bahwa menyembelih hewan aqiqah pada hari ketujuh hanya sebuah keutamaan. Menurut Asy-Syafi’i, aqiqah boleh disembelih sebelum atau setelah hari ketujuh kelahiran asal sang anak belum baligh. Keutamaan waktu yang disunnahkan untuk aqiqah anak terdapat dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, diantaranya:

كُلُّ غُلَامٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَيُحْلَقُ وَيُسَمَّى

“Setiap anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang disembelih pada hari ketujuh (dari kelahirannya), ia dicukur dan diberi nama.” [HR. Abu Daud rahimahullah, dinilai shahih oleh al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil no. 1169].

Berdasarkan hadits diatas waktu disunnahkan melakukan penyembelihan binatang aqiqah ialah di hari ketujuh dari kelahiran. Namun apabila hewan aqiqah disembelih pada hari lain, maka hal itu juga sah dan diperbolehkan, berdasarkan keumuman hadits dari Sulaiman bin ‘Amir yang berbunyi:

مَعَ الْغُلَامِ عَقِيقَةٌ فَأَهْرِيقُوا عَنْهُ دَمًا وَأَمِيطُوا عَنْهُ الْأَذَى

“Bersama anak bayi ada aqiqah, sehingga sembelihlah sembelihan dan hilangkan gangguan darinya (mencukurnya)”. [HR. Al-Bukhari No. 5049].

Dalam kalimat “dan hilangkan gangguan darinya” diatas memiliki maksud yaitu mencukur rambut anak. Namun Ibnu Hajar dalam Fathul Baari mengatakan: Yang lebih tepat makna ‘gangguan’ itu diartikan umum, daripada hanya sekedar mencukur rambut.

Risalah Waktu Aqiqah

Waktu aqiqah yang disunnahkan adalah hari ketujuh setelah kelahiran anak, tetapi Tirmidzi telah meriwayatkan dari kalangan para ahli ilmu serta pendapat dalam madzhab Hambali, Ishaq bin Rahawaih rahimahullah dan juga pendapat dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma bahwa apabila tidak dapat menyembelih aqiqah pada hari ketujuh (ke-7), maka boleh dilakukan pada hari keempat belas (ke-14) atau pada hari keduapuluh satu (ke-21) dan seterusnya.

Dalam pendapat para ulama dari mazhab Imam Syafi’i menyatakan bahwa waktu pelaksanaan aqiqah masih berlaku setelah hari ketujuh kelahiran anak menggunakan urutan sebagai berikut:

  1. Apabila pada hari ketujuh kelahiran belum mampu, aqiqah boleh dilakukan sampai masa nifas sang ibu berakhir.
  2. Jika sampai masa nifas belum mampu, maka aqiqah diperbolehkan pelaksanaannya hingga masa menyusui berakhir.
  3. Apabila masa menyusui berakhir dan belum mampu beraqiqah, maka pelaksanaan aqiqah dianjurkan hingga anak berumur 7 (tujuh) tahun.
  4. Jika sampai usia 7 tahun anak terlewati dan belum juga mampu mengaqiqahkan makan diperbolehkan agar anak diaqiqahi sebelum ia dewasa (baligh).
  5. Namun apabila hingga anak telah berusia dewasa (baligh) dan orang tua belum mampu mengaqiqahkan maka gugurlah kesunannahan aqiqah bagi orangtuanya dan dipersilahkan bagi anak untuk mengaqiqahi dirinya sendiri.

Pada dasarnya pelaksanaan aqiqah ialah kesunnahan yang diperintahkan dan berlaku bagi orang tua ataupun wali yang menanggung nafkah anak tersebut. Akan tetapi, apabila orang tuanya belum mampu untuk mengaqiqahi sang anak dan anak telah dewasa maka dipersilahkan bagi anak untuk mengaqiqahkan dirinya sendiri yang bisa menggunakan jasa aqiqah www.aqiqahhajiandi.com .

Jasa Aqiqah Syar’i

Aqiqah Haji Andi merupakan jasa aqiqah sesuai syariat yang telah berpengalaman sejak tahun 1994 dengan harga terjangkau dan pelayanan profesional serta katering makanan lezat.

Alamat: Gang Pemenang 1 No.30, Katang, Sukorejo, Kec. Ngasem, Kediri, Jawa Timur – 64182.

Nomor telepon: 085330483001

 

Baca juga: Daftar Harga Kambing Aqiqah Kediri Blitar Tulungagung dan Nganjuk dan Menu Aqiqah dan Nasi Kebuli Enak di Kediri